Halaman

Minggu, 12 Februari 2012

Kangen


Kangen
Di bawah cahaya bulan temaran
Di tiup semilirnya angin malam
Dengan teman nyanyian bintang
Ku lihat wajahmu terukir terbentang
Bunga hatiku rindu di sapa
Mutiara jiwaku kangen di manja
Wahai dewi cinta turunlah kehadapanku
Bawalah anganku melayang membiru
Perlihatkan kepadaku Dimana pujaan hatiku
Aku ingin dia ada
Aku ingin dia menyapa
Karna aku kangen padanya

Minggu, 05 Februari 2012

To You


Antara Sahabat & Cinta

Kenapa semua ini harus terjadi sama aku dan persahabatanku ?
Malam kembali menampakan kegelapannya, seperti hatiku yang berselimut kegelapan. Hanya semilir angin yang temaniku malam ini, tak ada bintang, tak ada bulan ataupun teman.
Semua ini berawal pada saat itu, tepatnya di sekolah. Seperti biasa, di sekolah aku selalu menghabiskan waktuku bersama sahabat terbaikku, Winda. Saat itu Winda cerita ke aku.
“Cin, tau enggak hari ini aku seneng banget. Coba tebak apa yang buat aku seneng ?” tanya Winda.
“Pasti kamu dapet hape baru dari bokap ya !”
“Bukan Cinta.”
“Kalo enggak kamu pasti nebu duit goceng di gang deket rumahmu ya ! Pasti iya kan ?”
“Enak aja.”
“Terus apa dong ? Nyerah deh.”
“Tau enggak semalem Rico ngajak aku jalan. Terus....................”
“Terus kamu di traktir di restauran yang mahal, hemt... Itu sih biasa.”
“Enggak Cinta, dengerin dulu. Terus Rico nembak aku Cin, aku seneng banget, akhirnya aku jadian sama Rico.”
Aku enggak tau apakah aku harus seneng atau sedih saat denger semua itu. Atau aku harus teriak “Tidak”. Seakan-akan jantungku berhenti berdetak. Kenapa aku harus kaget ? Harusnya aku seneng akhirnya sahabatku ngedapetin orang yang dia cintai. Aku tau bahkan semua orang juga tau kalau Winda itu suka sama Rico, anak XI IPS 1. Aku juga enggak tau kenapa orang-orang selalu memandang sebelah mata kepadaku, sedangkan kepada Winda enggak. Mereka enggak pernah tau kalau sebenarnya aku juga suka sama Rico. Bahkan sebelum Winda. Winda juga enggak pernah tau hal ini. Tapi ini enggak pernah aku jadiin alesan kenapa aku sahabatan sama Winda.
Cinta, mungkin hanya sebuah nama itu saja yang aku dapatkan. Karna aku enggak pernah dapatkan cinta yang aku cintai.
“Hello Cinta kenapa kamu bengong ? Kamu enggak seneng ya aku jadian sama Rico ?”
“Ya enggakalah Win, aku bahkan seneng banget, akhirnya kamu jadian sama Rico.”
“Makasih ya Cin, kamu memang sahabat terbaikku.”
Sejak saat itu aku enggak tau harus gimana lagi. Serasa hidupku berakhir hari itu. Aku tau eku enggak boleh kayak gini terus. Aku harus seneng lihat sahabatku seneng walaupun hatiku perih. Cintaku boleh saja pergi, enggak bisa aku dapatkan, tapi sahabatku ? Aku enggak boleh membiarkan sahabatku pergi.
Hingga sampai suatu hari, aku benar-benar enggak tau dan enggak pernah menyangka kalau rahasia yang selama ini aku sembunyikan dari Winda ketahuan Winda juga. Winda tau kalau selama ini diam-diam aku juga suka sama Rico. Tapi itukan dulu, sebelum Winda jadian sama Rico. Sekarang aku sudah coba menerima itu semua. Tapi Winda tetap enggak mau mengerti.
“Kenapa kamu tega ngelakuin ini semua sama aku Cin ? Aku kira kamu sahabat terbaikku tapi ternyata aku salah. Kamu mau coba menusukku dari belakang. Kenapa Cin ?”
“Dengerin aku duli Win, aku enggak bermaksud................”
“Apa ?? kamu mau alesan apa lagi. Kamu mau coba merebut Rico dari aku kan Cin ? Kamu jahat Cin.”
“Enggak Winda dengerin aku duli.....................”
“Cukup ! Aku enggak mau denger apa-apa lagi dari kamu.”
Aku enggak tau harus gimana lagi, aku enggak mau persahabatanku dengan Winda berakhir gitu aja. Aku enggak mau kehilangan dia dari persahabatan ini. Aku belum siap dan enggak akan pernah siap. Ingin sekali aku meninggalkan dunia saat ini detik ini juga. Segala cara telah aku coba buat menjelaskan ini ke Winda, tapi Winda enggak pernah mau dengerin aku. Bahkan lihat akupun dia sudah enggak mau.
“Winda aku mau ngomong................”
“Bella, ke kantin yuk ! Kayaknya disini panas banget.” Kata Winda.
“Cinta aku ke kantin dulu ya.” Kata Bella.
Winda, segitu salahkah aku dimatamu ? Bahkan ngomong ma akupun kamu udah enggak mau. Winda aku kangen sama kamu, aku kangen saat kita beranda bersama, tertawa bersama, bahkan menangispun bersama. Tapi sekarang aku enggak bisa merasakan itu semua. Aku ingin kita seperti dulu lagi Win. Aku enggak mau kayak gini terus Win, ingin aku teriak :
“Winda, betapa berartinya persahabatan kita bagiku.”
Aku harus mengembalikan persahabatanku kayak dulu lagi.
Hari itu ketika aku duduk sendiri di depan perpustakaan tiba-tiba Winda mendektiku.
“Hai Cinta, sendirian aja.”
“Winda ?”
“Iya Cin ini aku, masak lupa sih. Cin, aku mau minta maaf, ternyata selama ini aku salah nuduh kamu yyang enggak-enggak. Aku baru sadar betapa berartinya persahabatan kita bagiku. Kamu mau kan maafin aku ?”
“Iya jelas aku maafin kamu Win.”
“Makasih sahabatku.”
Itulah saat-saat terkhir ketika aku berhasil mengembalikan persahabatanku seperti semula. Dan malam yang tadinya enggak ada bulan, enggak ada bintang sekarang terang oleh sinar bulan bintang ditambah lagi diterari sinar persahabatan. Cinta mungkin takkan selamanya, tapi sahabat akan hidup selamanya. Mungkin aku enggak dapatkan cinta yang aku cintai, tapi aku dapatkan sesuatu yang berarti dalam hidupku yaitu sahabat yang aku cintai.


~ The End ~

By ; Yhu_Liez. A